JKT48

Selasa, 10 Februari 2015

Kecamatan Dumoga Barat    
1. Gambaran Umum

Kecamatan Dumoga Barat merupakan bagian dari dataran Dumoga yang berbatasan langsung dengan Taman Nasional Bogani Nani Wartabone (TNBNW; Taman ini sebelumnya bernama Taman Nasional Dumoga Bone) yang sejak dulu sudah dikenal sebagai wilayah pertambangan emas. Kecamatan ini merupakan pintu gerbang dari TNBNW yang Letaknya cukup strategis karena di bagian selatan berbatasan langsung dengan Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan (Kabupaten Baru hasil pemekaran dari Kabupaten Bolaang Mongondow), Terdapat dua bendungan sebagai sumber air irigasi di Dumoga Bersatu yakni, Bendungan Kosinggolan dan Bendungan Toraut, dengan batas geografis sebagai berikut :

Sebelah Utara : Kawasan Hutan
Sebelah Timur : Kecamatan Dumoga Utara dan Calon Kecamatan Dumoga Tengah
Sebelah Selatan : Kab. Bolaang Mongondow Selatan
Sebelah Barat : Kab. Bolaang Mongondow Selatan dan Kec. Sangtombolang Bolmong Induk

Desa Doloduo yang menjadi Ibukota dari Kecamatan Dumoga Barat dapat diakses dari Ibu Kota Provinsi Sulawesi Utara (Kota Manado) dengan waktu tempuh + 4 Jam dan berjarak 236 Km. Sementara bila di akses dari Kota Kotamobagu hanya berjarak 58 Km dengan waktu tempuh kurang dari 1 Jam.

Topografi Dumoga Barat beragam mulai dari datar sampai bergelombang ringan dengan ketinggian tempat 142 m dpl (meter diatas permukaan laut) yang diukur dari ibu kota kecamatan. Terdapat beberapa desa yang terletak di perbukitan salah satunya  adalah desa Matayangan dengan ketinggian 289 m dpl. Secara umum curah hujan setiap tahunnya dikecamatan ini rata-rata 191,2 – 2.773,90 mm/tahun dan wilayahnya tidak berbatasan langsung dengan pantai. Kecamatan ini dilewati oleh sungai kecil maupun besar seperti sungai Ongkag Mongondow, Sungai Dumoga dan di aliran sungai ini terdapat 272 bangunan rumah bertempat tinggal di bantaran sungai dengan jumlah rumah tangga penghuni sebanyak 309 KK.

Luas Kecamatan Dumoga Barat keseluruhannya mencapai 37.544 Hektar atau 10,71 persen dari Luas Kabupaten Bolaang Mongondow). namun saat ini telah dimekarkan menjadi dua kecamatan, yakni Dumoga Tengah Dimana hamparan sawahnya mencapai 3.932 hektar, sementara lahan yang digunakan untuk pemukiman hanya 86,98 hektar (Hasil Sensus Potensi Desa, 2008). 
Pada tahun 2008 Kecamatan Dumoga Barat memiliki 14 desa, 12 diantaranya telah berstatus definitif, sementara 2 lainnya masih berstatus desa persiapan yaitu desa Ibolian I dan Kosio Timur yang mekar berdasarkan SK Bupati No. 200 tanggal 3 September 2008. saat ini setelah mekar menjadi 2 Desa, dimekarkan jadi dua kecamatan dimana Dumoga Barat 2011 ini terdiri 11 Desa.

Pusat perdagangan di Kecamatan ini selain di Doloduo juga terdapat di Desa Kosio yang dapat dilintasi kendaraan bermotor melalui Jalan AKD (Amurang-Kotamobagu-Doloduo). Sumber penghasilan utama masyarakatnya bercocok tanam atau lebih dari 90 persen dari mereka bekerja di sektor pertanian. Namun tidak dipungkiri pula masih terdapat sekitar 2.580 dari mereka yang bekerja sebagai buruh tani dengan komoditi utamanya padi palawija.

Program Listrik Masuk Desa cukup berhasil di wilayah ini, karena seluruh desa yang ada telah di aliri dengan listrik PLN, di tahun 2008 tercatat telah 6.746 pengguna yang menggunakan listrik untuk penerangan dan kebutuhan rumah lainnya. Dalam bidang komunikasi, konsumen telepon kabel hanya 133 pelanggan, itupun cuma tersebar di 10 desa dengan pelanggan terbanyak di desa Ibolian.

2. Penduduk
Sebagai daerah yang subur, kecamatan ini sejak dulu sudah menjadi tujuan dari transmigran, terutama asal Bali. Sejak tahun 1963 para transmigran ini di tempatkan di desa Werdhi Agung dengan jumlah KK pada waktu itu sebanyak 349 KK atau 1.549 Jiwa.

Sebagai daerah yang masih berkembang, tingkat pertumbuhan penduduknya setiap tahun cukup rendah rata-rata hanya 1,08 persen. Lima tahun yang lalu (2003) penduduknya masih berjumlah 23.786 Jiwa, di tahun 2008 tercatat mencapai 27.753 jiwa, dimana penduduk laki-laki 14.568 jiwa dan perempuan berjumlah 13.185 jiwa dengan rasio jenis kelamin sebesar 110,49 sehingga dalam kurun waktu lima tahun telah terjadi penambahan penduduk sebesar 3.456 jiwa.

Dari jumlah penduduk tersebut diperkirakan 49,12 persen dari mereka belum menikah, 48,24 persen berstatus kawin sedangkan sisanya 2,64 persen berstatus janda/duda. Sementara jumlah rumahtangga di tahun yang sama (2008) sudah mencapai 6.895 RT dan rata-rata mempunyai 4,03 anggota rumah tangga.

3. Pertanian

Di tahun 2008 terdapat 1.136 Rumah Tangga yang mengusahakan tanaman padi, sementara tanaman jagung tercatat 1.648 Rumah Tangga. Komoditi unggulan di kecamatan Dumoga Barat salah satunya adalah tanaman padi, di tahun 2005 dan 2006 saja tercatat produksinya mencapai hampir 59 ribu ton. Tetapi, jumlah tersebut terus menurun dari tahun ke tahun, salah satu penyebabnya adalah hama tikus yang menjadi musuh dari petani. Produksi padi pada tahun 2008 hanya mencapai 41.630 Ton, jumlah ini sudah merupakan gabungan dari produksi padi sawah dan ladang, dengan rata-rata produksi cukup besar mencapai 5,21 ton per hektar. 

Padi yang dihasilkan sebagian besar rumah tangga menggunakan padi unggul. Ada sekitar 72,57 persen rumah tangga petani yang menggunakan padi unggul, padi lokal ada 26,03 persen sementara padi hybrida hanya 1,40 persen. Selain untuk kebutuhan pasar lokal, beras yang dihasilkan dari kecamatan ini juga untuk memenuhi kebutuhan pasar regional yang dibawa oleh pedagang pengumpul didesa maupun lewat usaha lainnya ke ibukota provinsi Sulawesi Utara di Manado maupun ke provinsi tetangga (Gorontalo). 
Sementara produksi jagung pada tahun yang sama mencapai 6.840 ton dengan rata-rata produksinya 3,47 ton perhektar. Di sektor perkebunan terdapat produksi kelapa yang mencapai 403,56 ton selama tahun 2008.
Selain kelapa terdapat juga produksi cengkeh, pala, kopi, kakao dan panili dimana masing-masing produksi 13,44 ton cengkeh, 2,34 ton pala, 88,78 ton kopi, 169,31 ton kakao dan 2,49 ton panili. Juga terdapat produksi seperti kayu manis, kemiri dan aren namun produksinya masih rendah.

4. Sarana Pendidikan

Pendidikan merupakan proses pemberdayaan peserta didik sebagai subyek sekaligus obyek dalam membangun kehidupan yang lebih baik. Mengingat pendidikan sangat berperan sebagai faktor kunci dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia, maka pembangunan dibidang pendidikan meliputi pembangunan pendidikan secara formal maupun non formal. Di Kecamatan Dumoga Barat pendukung pendidikan pra sekolah (TK) ada berjumlah 11 buah dan tersebar di 10 desa. Terdapat 4 desa belum memiliki sekolah TK.
Sementara untuk tingkat Sekolah Dasar saat ini sudah mencapai 23 buah yang dinikmati oleh 3.695 murid dengan tenaga pengajar sebanyak 139 guru. Dengan tenaga guru yang ada dibandingkan dengan jumlah murid, maka dapat diperhitungkan setiap guru rata-rata mengawasi sekitar 27 murid. Angka ini masih ideal untuk keefektifan dalam proses belajar mengajar. Untuk tingkat pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di kecamatan ini terdapat 5 buah dengan tenaga pengajar sebanyak 75 guru dan jumlah murid ada 1.072 murid. 

Angka rasio perbandingan guru terhadap murid di tingkat SLTP sebesar 13, ini menunjukan masih memusatnya tenaga guru SLTP di kecamatan ini. Sementara untuk tingkat Pendidikan SLTA terdapat 2 buah SMA Swasta yang terdapat di desa Doloduo dan Werdhi Agung. Jumlah murid yang ada jauh lebih sedikit bila dibandingkat jenjang pendidikan di bawahnya yakni hanya 390 murid dengan 36 orang guru. Sebagian besar mereka yang tamat SD maupun SLTP lebih memilih menyekolahkan anaknya ke Kota Kotamobagu, selain fasilitas sekolah dan kapasitasnya yang tidak memadai juga daya tarik Kota Kotamobagu itu sendiri yang lebih maju dalam kemajuan dunia pendidikan dibandingkan di kecamatan ini.

Kecamatan Dumoga Tengah
1. Gambaran Umum
Kecamatan Dumoga Tengah merupakan bagian dari dataran Dumoga hasil pemekaran dari Kecamatan dumoga Barat, yang di bagian selatan berbatasan langsung dengan Taman Nasional Bogani Nani Wartabone (TNBNW; Taman ini sebelumnya bernama Taman Nasional Dumoga Bone) Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan, serta diapit tiga kecamatan yakni Dumoga Utara, Dumoga Timur dan Dumoga Barat. yang sejak dulu sudah dikenal sebagai wilayah persawahan dan perdagangan dengan Ibukotanya di Desa Ibolian Induk, dengan batas geografis sebagai berikut :

Sebelah Utara : Kecamatan Dumoga Utara
Sebelah Timur : Kecamatan Dumoga Timur
Sebelah Selatan : Kab. Bolaang Mongondow Selatan
Sebelah Barat : Kecamatan Dumoga Barat

Desa Ibolian yang menjadi Ibukota dari Kecamatan Dumoga Tengah dapat diakses dari Ibu Kota Provinsi Sulawesi Utara (Kota Manado) dengan waktu tempuh + 3 Jam dan berjarak 220 Km. Sementara bila di akses dari Kota Kotamobagu hanya berjarak 48 Km dengan waktu tempuh kurang dari 1 Jam.

Topografi Dumoga Tengah beragam mulai dari datar sampai bergelombang ringan dengan ketinggian tempat 142 m dpl (meter diatas permukaan laut) yang diukur dari ibu kota kecamatan. Secara umum curah hujan setiap tahunnya dikecamatan ini rata-rata 191,2 – 2.773,90 mm/tahun dan wilayahnya tidak berbatasan langsung dengan pantai. Kecamatan ini dilewati oleh sungai kecil maupun besar seperti sungai Ongkag Mongondow, Sungai Dumoga dan di aliran sungai ini terdapat ratusan bangunan rumah bertempat tinggal di bantaran sungai dengan jumlah rumah tangga penghuni sebanyak ratusan KK.

Luas Kecamatan Dumoga Barat keseluruhannya mencapai 17.544 Hektar atau 4,71 persen dari Luas Kabupaten Bolaang Mongondow). Dimana hamparan sawahnya mencapai 1.932 hektar, sementara lahan yang digunakan untuk pemukiman hanya 46,98 hektar (Hasil Sensus Potensi Desa, 2008). Pada tahun 2011 ini, Kecamatan Dumoga Tengah memiliki 10 desa, baik berstatus definitif maupun berstatus desa persiapan.

Kecamatan Dumoga Utara

1. Gambaran Umum

Letak Kecamatan Dumoga Utara diapit oleh Duo Dumoga, yakni Dumoga Timur dan Dumoga Barat. Untuk mengakses ke wilayah ini dapat melalui salah satu dari dua kecamatan tersebut. Desa Mopuya Utara yang menjadi Ibu Kota Kecamatan dapat diakses dengan angkutan darat dengan jarak dari Ibukota Provinsi Sulawesi Utara sekitar 217 Km dengan waktu tempuh -4 jam, namun bila diakses dari Kota Kotamobagu hanya membutuhkan waktu 50 menit dengan jarak 39 Km. 
Sama halnya dengan kecamatan Dumoga Barat, Dumoga Utara bertopografi berdataran rendah dengan ketinggian 150 meter dpl dengan letak geografis sebagai berikut :

Sebelah Utara : Kawasan Hutan
Sebelah Timur : Kecamatan Dumoga Timur dan calon Kecamatan Dumoga Tenggarah
Sebelah Selatan : Kecamatan Dumoga Timur, Dumoga Barat dan calon Kecamatan Dumoga Tengah
Sebelah Barat : Kec. Dumoga Barat

Secara umum curah hujan setiap tahunnya rata-rata 191,2 – 2.773,90 mm/tahun dengan wilayah tidak berbatasan langsung dengan pantai. Kecamatan ini dilewati oleh sungai Mopugad, sungai Konarom dan sungai Tapadaka kecuali desa Tumokang Baru yang tidak dilewati sungai. Di bantaran sungai tersebut terdapat 189 bangunan rumah tempat tinggal dengan jumlah penghuni sebanyak 201 KK yang tersebar di 6 desa, yakni Desa Mopugad Utara, Mopugad Selatan, Mopuya Utara, Mopuya Selatan, Dondomon dan Tapadaka I.

Dumoga Utara termasuk salah satu daerah penghasil beras yang cukup berlimpah di Sulawesi Utara umumnya dan Bolaang Mongondow khususnya. Saat ini Kecamatan Dumoga Utara memiliki 13 desa dan semuanya sudah berstatus definitif, desa terbaru di kecamatan ini adalah desa bonawang dengan desa induknya desa Dondomon yang mekar berdasarkan SK Bupati No. 129 tanggal 2 Agustus 2005 . 

Luas wilayah Kecamatan Dumoga Utara keseluruhannya mencapai 36.421 Hekar atau (10,39 persen dari Luas Kabupaten Bolaang Mongondow). Sumber penghasilan utama penduduk disektor pertanian yang merupakan ciri khas dari wilayah yang sedang berkembang. Sebagian besar penduduk bermata pencaharian petani, lebih dari 90 persen menggantungkan hidupnya di sektor pertanian, terutama tanaman padi. 

Namun masih terdapat 1.213 yang menjadi buruh tani di kecamatan ini. Jumlah Rumahtangga petani yang mengusahakan tanaman padi ada sebanyak 2.251. Jarak antara satu desa dengan desa lain tidak terlalu berjauhan, dan akses jalan belum terlalu menggembirakan masih terdapat beberapa jalan desa yang perlu mendapat perhatian dari pemerintah, terutama dari arah dumoga timur menuju ibukota kecamatan.

Terdapat 3 lokasi pasar semi permanen yang terletak di desa Mopugad Selatan, Mopuya Selatan dan Konarom. Toko kelontong yang menjual kebutuhan hidup seharihari ada 180 buah yang tersebar di seluruh desa. Untuk akses listrik, seluruh desa di kecamatan ini sudah dialiri lisrik PLN dengan jumlah penggunanya sekitar 5.487. Dalam hal telekomunikasi, masih sedikitnya pengguna telepon kabel yang hanya berjumlah 108 pelanggan dan hanya tersebar di 3 desa, yakni desa Mopuya Utara, Mopuya Selatan dan Dondomon.


2. Penduduk
Berdasarkan hasil pendataan diketahui jumlah penduduknya di tahun 2008 hampir 20 ribu jiwa (19.668 jiwa), dimana penduduk laki-laki ada 10.278 jiwa dan 9.390 jiwa berjenis kelamin perempuan dengan rasio jenis kelamin sebesar 109,46. Jumlah penduduk disuatu wilayah dipengaruhi oleh tiga komponen demografi, yaitu kelahiran (birth), kematian (death) dan perpindahan penduduk (migration). Dari 5.822 rumah tangga yang ada di kecamatan tersebut rata-rata mempunyai 3,56 anggota rumah tangga.

3. Pertanian
Daerah ini merupakan penghasil padi yang cukup diperhitungkan. Hal ini dapat dilihat produksi padi pada tahun 2008 mencapai 60.682 Ton, jumlah tersebut merupakan gabungan dari produksi padi sawah dan ladang, dengan rata-rata produksi yang cukup tinggi yakni sebesar 5,37 ton per hektar. Sementara produksi jagung pada tahun yang sama mencapai 9.910 ton dengan rata-rata produksi 3,47 ton perhektar. 
Selain tanaman pangan tersebut diatas, terdapat pula komoditi di sektor perkebunan; diantaranya produksi kelapa yang mencapai 446,76 ton. Produksi cengkeh, pala, kopi, kakao dan panili dimana masing-masing produksi 17,67 ton cengkeh, 3,55 ton pala, 101,5 ton kopi, 97,67 ton kakao dan 2,56 ton panili. Juga terdapat produksi seperti kayu manis, kemiri dan aren namun produksinya masih rendah.

4. Sarana Pendidikan
Semakin meningkatnya angka partisipasi sekolah, khususnya untuk jenjang pendidikan SD dan SLTP harus diikuti dengan meningkatnya fasilitas pendidikan, terutama mengenai daya tampung ruang kelas, sehingga program wajib belajar 9 tahun yang dicanangkan oleh pemerintah dapat berhasil. Guna mengatasi kekurangan daya tampung, pemerintah menyiapkan sarana dan prasarana pendidikan seperti menambah pembangunan unit gedung baru dengan prioritas pada daerah yang angka partisipasi sekolahnya masih rendah terutama pada derah terpencil, dan merehabilitas gedunggedung SD dan SLTP dengan prioritas gedung yang rusak berat serta mengangkat guru kontrak untuk ditempatkan pada sekolah yang kekurangan guru. Keberadaan lembaga
pendidikan formal mulai dari Taman Kanak-Kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), sampai dengan perguruan tinggi mutlak diperlukan. Terdapat 3 buah TK swasta yang menopang pendidikan pra sekolah, Sekolah Dasar Negeri sebanyak 21 unit. Tidak semua desa terdapat SLTP, hanya terdapat 3 buah SMP Negeri dan SMP Swasta 1 buah, sementara Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri hanya 1 unit di desa Mopuya Selatan.


Kecamatan Dumoga Tenggarah
1. Gambaran Umum

Letak Kecamatan Dumoga Tengah diapit oleh Trio Dumoga, yakni Dumoga Timur dan Dumoga Utara serta Dumoga Tengah, Untuk mengakses ke wilayah ini dapat melalui salah Desa Dumoga Kecamatan Dumoga Induk atau dari desa Kosio 1 kecamatan Dumoga Tengah. Desa Konarom yang menjadi Ibu Kota kecamatan dapat diakses dengan angkutan darat dengan jarak dari Ibukota Provinsi Sulawesi Utara sekitar 217 Km dengan waktu tempuh 3-4 jam, namun bila diakses dari Kota Kotamobagu hanya membutuhkan waktu 50 menit dengan jarak 39 Km. Sama halnya dengan kecamatan Dumoga Tengah, Dumoga Barat, Dumoga Utara bertopografi berdataran rendah dengan ketinggian 150 meter dpl dengan letak geografis sebagai berikut :

Sebelah Utara : Kawasan Hutan
Sebelah Timur : Kecamatan Dumoga Timur dan calon Kecamatan Dumoga Induk
Sebelah Selatan : Kecamatan Dumoga Tengah
Sebelah Barat : Kec. Dumoga Utara

Secara umum curah hujan setiap tahunnya rata-rata 191,2 – 2.773,90 mm/tahun dengan wilayah tidak berbatasan langsung dengan pantai. Kecamatan ini dilewati oleh sungai Mopugad, sungai Konarom dan sungai Tapadaka kecuali desa Tumokang Baru yang tidak dilewati oleh sungai.

Dumoga Tenggara termasuk salah satu daerah penghasil beras yang cukup berlimpah di Sulawesi Utara umumnya dan Bolaang Mongondow khususnya. Saat ini Kecamatan Dumoga Utara memiliki 10 desa dan semuanya sudah berstatus definitif maupun persiapan, yang mekar berdasarkan SK Bupati No. 129 tanggal 2 Agustus 2005, dan pemekaran 2011. Luas wilayah Kecamatan Dumoga tenggara kini terbagai dengan Dumoga Utara keseluruhannya mencapai 36.421 Hekar atau (10,39 persen dari Luas Kabupaten Bolaang Mongondow). Sumber penghasilan utama penduduk disektor pertanian yang merupakan ciri khas dari wilayah yang sedang berkembang. Sebagian besar penduduk bermata pencaharian petani, lebih dari 90 persen menggantungkan hidupnya di sektor pertanian, terutama tanaman padi.

Namun masih terdapat 1.213 yang menjadi buruh tani di kecamatan ini. Jumlah Rumahtangga petani yang mengusahakan tanaman padi ada sebanyak 2.251. Jarak antara satu desa dengan desa lain tidak terlalu berjauhan, dan akses jalan belum terlalu menggembirakan masih terdapat beberapa jalan desa yang perlu mendapat perhatian dari pemerintah, terutama dari arah dumoga timur menuju ibukota kecamatan.

Terdapat 3 lokasi pasar semi permanen yang terletak di desa Mopugad Selatan, Mopuya Selatan dan Konarom. Toko kelontong yang menjual kebutuhan hidup seharihari ada 180 buah yang tersebar di seluruh desa. Untuk akses listrik, seluruh desa di kecamatan ini sudah dialiri lisrik PLN dengan jumlah penggunanya sekitar 5.487. Dalam hal telekomunikasi, berlum terjangkau telepon kabel.

Kecamatan Dumoga Timur
1. Gambaran Umum

Kecamatan Dumoga Timur juga merupakan bagian dari dataran Dumoga yang berbatasan langsung dengan Taman Nasional Bogani Nani Wartabone (TNBNW; sebelumnya bernama Taman Nasional Dumoga Bone) sejak dulu sudah dikenal sebagai wilayah pertambangan emas, dengan batas geografis sebagai berikut :

Sebelah Utara : Kecamatan Dumoga Utara
Sebelah Selatan : Kecamatan Pinolosian
Sebelah Barat : Kecamatan Dumoga Barat
Sebelah Timur : Kecamatan Lolayan

Ibukota Kecamatan Dumoga Timur terletak di desa Imandi yang dapat diakses dari Ibu Kota Provinsi Sulawesi Utara (Kota Manado) dengan waktu tempuh kurang dari 4 jam dan berjarak 215 Km. Sementara bila di akses dari Kota Kotamobagu hanya berjarak 36 Km dengan waktu tempuh kurang dari 50 menit.

Topografi Dumoga Timur beragam mulai dari dataran landai sampai bergunung dengan ketinggian tempat 150 m dpl (meter diatas permukaan laut) yang diukur dari ibu kota kecamatan. Desa yang terletak di perbukitan adalah desa Serasi dan Kanaan dengan ketinggian 480 m dan 800 m dpl. Secara umum curah hujan setiap tahunnya rata-rata 180,79 mm/tahun dengan wilayah yang tidak berbatasan langsung dengan pantai. Kecamatan ini banyak dilewati oleh sungai kecil maupun besar seperti sungai Ongkag Mongondow dan Sungai Dumoga dan di aliran sungai ini terdapat 185 bangunan rumah bertempat tinggal di bantaran sungai dengan jumlah rumah tangga penghuni sebanyak 365 KK.

Kecamatan ini pernah menjadi tujuan dari para transmigran dan ditempatkan di desa Pusian dan Serasi di tahun 1992/1993 dengan jumlah KK 390 dan penduduk 1.755 jiwa. Luas Kecamatan Dumoga Timur keseluruhannya mencapai 53.993 Hektar atau 15,4 persen dari Luas Kabupaten Bolaang Mongondow), dimana hamparan sawahnya mencapai 6.102,5 hektar (Hasil Sensus Potensi Desa, 2008). Di tahun 2008 Kecamatan Dumoga Timur memiliki 18 desa, semuanya telah berstatus definitif Pusat perdagangan di Kecamatan ini terdapat di desa Imandi dapat dilintasi kendaraan bermotor melalui Jalan AKD (Amurang-Kotamobagu-Doloduo). Sumber penghasilan utama masyarakatnya bercocok tanam atau lebih dari 78,16 persen dari mereka bekerja di sektor pertanian. Namun tidak dipungkiri pula masih terdapat sekitar2.248 dari mereka yang bekerja sebagai buruh tani dengan komoditi utamanya padi palawija.

Seluruh desa yang ada telah di aliri dengan listrik PLN, di tahun 2008 tercatat telah 8.786 pengguna yang menggunakan listrik untuk penerangan dan kebutuhan rumah lainnya. Sementara konsumen telepon kabel hanya 143 pelanggan, itupun cuma tersebar di 10 desa dengan pelanggan terbanyak di desa Dumoga I.

2. Penduduk
Daerahnya yang subur, kecamatan ini sejak dulu sudah menjadi tujuan dari transmigran, terutama asal Bali. Sejak tahun 1992/1993 para transmigran ini di tempatkan di desa Pusian dan Serasi dengan jumlah KK pada waktu itu sebanyak 390 KK atau 1.755 Jiwa.

Sebagai daerah yang masih berkembang, tingkat pertumbuhan penduduknya setiap tahun cukup rendah rata-rata hanya 1,08 persen. Lima tahun yang lalu (2003) penduduknya masih berjumlah 30.722 Jiwa, di tahun 2008 tercatat mencapai 33130 jiwa, dimana penduduk laki-laki 17.341 jiwa dan perempuan berjumlah 15.789 jiwa dengan rasio jenis kelamin sebesar 109,83 sehingga dalam kurun waktu lima tahun telah terjadi penambahan penduduk sebesar 2408 jiwa.
Dari jumlah penduduk tersebut diperkirakan 46,39 persen dari mereka belum menikah, 50,07 persen berstatus kawin sedangkan sisanya 1,15 persen berstatus duda dan 2,35 persen untuk janda. Sementara jumlah rumahtangga di tahun yang sama (2008) sudah mencapai 8.997 RT dan rata-rata mempunyai 4,03 anggota rumah tangga.

3. Pertanian
Di tahun 2008 terdapat 1.740 Rumah Tangga yang mengusahakan tanaman padi, sementara tanaman jagung
tercatat 2498 Rumah Tangga. Komoditi unggulan di kecamatan Dumoga Timur salah satunya adalah tanaman
padi, di tahun 2005 dan 2006 saja tercatat produksinya mencapai hampir ... ribu ton. Jumlah tersebut terus menurun dari tahun ke tahun, salah satu penyebabnya adalah hama tikus yang menjadi musuh dari petani. Produksi padi pada tahun 2008 hanya mencapai 50.630 Ton, jumlah ini sudah merupakan gabungan dari produksi padi sawah dan ladang, dengan rata-rata produksi cukup besar mencapai 5,24 ton per hektar. 
Padi yang dihasilkan sebagian besar rumah tangga menggunakan padi unggul. Ada sekitar 57,56 persen rumah tangga petani yang menggunakan padi unggul, padi lokal ada 40,89 persen sementara padi hybrida hanya 1,54 persen. Selain untuk kebutuhan pasar lokal, beras yang dihasilkan dari kecamatan ini juga untuk memenuhi kebutuhan pasar regional yang dibawa oleh pedagang pengumpul di desa maupun lewat usaha lainnya ke ibukota provinsi sulawesi utara di manado maupun ke provinsi tetangga (Gorontalo). Sementara produksi jagung pada tahun yang sama mencapai 8.663 ton dan rata-rata produksinya 3,43 ton per hektar. Di sektor perkebunan terdapat produksi kelapa yang mencapai 530,99 ton selama tahun 2008. Selain kelapa terdapat juga produksi pala, kopi, kakao dan panili dimana masingmasing produksi 3,28 ton pala, 61,41 ton kopi, 292,53 ton kakao dan 7,57 ton panili. Juga terdapat produksi seperti kayu manis, kemiri dan aren namun produksinya masih rendah.

4. Sarana Pendidikan

Pendidikan merupakan proses pemberdayaan peserta didik sebagai subyek sekaligus obyek dalam membangun kehidupan yang lebih baik. Mengingat pendidikan sangat berperan sebagai faktor kunci dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia, maka pembangunan dibidang pendidikan meliputi pembangunan pendidikan secara formal maupun non formal. Di Kecamatan Dumoga Timur pendukung pendidikan pra sekolah (TK) cukup banyak dan ada berjumlah 29 buah yang tersebar di 13 desa, terdapat 5 desa belum memiliki sekolah TK.

Sementara untuk tingkat Sekolah Dasar saat ini sudah mencapai 36 buah sekolah yang dinikmati oleh 4.592 murid dengan tenaga pengajar sebanyak 217 guru. Dengan tenaga guru yang ada dibandingkan dengan jumlah murid, maka dapat diperhitungkan setiap guru rata-rata mengawasi sekitar 21 murid. Angka ini cukup ideal untuk keefektifan dalam proses belajar mengajar. Untuk tingkat pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di kecamatan ini terdapat 9 buah dengan tenaga pengajar sebanyak 99 guru dan jumlah murid ada 1698 murid. Angka rasio perbandingan guru terhadap murid di tingkat SLTP sebesar 17, dan ini menunjukan masih memusatnya guru di kecamatan ini. Sementara untuk tingkat Pendidikan SLTA terdapat 3 buah SMA yang terdapat di desa Imandi dan Dumoga Jumlah murid yang ada jauh lebih sedikit bila dibandingkat jenjang pendidikan di bawahnya yakni hanya 534 murid dengan 34 orang guru. Sebagian besar mereka yang tamat SD maupun SLTP lebih memilih menyekolahkan anaknya ke Kota Kotamobagu, selain jumlah sekolah dan kapasitasnya yang tidak memadai juga daya tarik Kota Kotamobagu itu sendiri yang lebih maju dalam persaingan dunia pendidikan dibandingkan di kecamatan ini.


Kecamatan Dumoga Induk
1. Gambaran Umum
Kecamatan Dumoga induk merupakan hasil pemekaran dari kecamatan Dumoga Timur, Kecamatan Dumoga juga merupakan bagian dari dataran Dumoga yang berbatasan langsung dengan Taman Nasional Bogani Nani Wartabone (TNBNW;sebelumnya bernama Taman Nasional Dumoga Bone) sejak dulu sudah dikenal sebagai wilayah pertambangan emas, dengan batas geografis sebagai berikut :

Sebelah Utara : Kecamatan Dumoga Tenggara
Sebelah Selatan : Kecamatan Pinolosian
Sebelah Barat : Kecamatan Dumoga Timur
Sebelah Timur : Kecamatan Lolayan

Ibukota Kecamatan Dumoga terletak di Desa Pusian yang dapat diakses dari Ibu Kota Provinsi Sulawesi Utara (Kota Manado) dengan waktu tempuh kurang dari 3 jam dan berjarak 200 Km. Sementara bila di akses dari Kota Kotamobagu hanya berjarak 36 Km dengan waktu tempuh kurang dari 50 menit.

Topografi Dumoga beragam mulai dari dataran landai sampai bergunung dengan ketinggian tempat 150 m dpl (meter diatas permukaan laut) yang diukur dari ibu kota kecamatan. Desa yang terletak di perbukitan adalah desa Serasi dan Kanaan dengan ketinggian 480 m dan 800 m dpl. Secara umum curah hujan setiap tahunnya
rata-rata 180,79 mm/tahun dengan wilayah yang tidak berbatasan langsung denganpantai.
Kecamatan ini banyak dilewati oleh sungai kecil maupun besar seperti sungai Ongkag Mongondow dan Sungai Dumoga dan di aliran sungai ini terdapat 185 bangunan rumah bertempat tinggal di bantaran sungai dengan jumlah rumah tangga penghuni sebanyak 365 KK.

Kecamatan ini pernah menjadi tujuan dari para transmigran dan ditempatkan di desa Pusian dan Serasi di tahun 1992/1993 dengan jumlah KK 390 dan penduduk 1.755 jiwa. Luas Kecamatan Dumoga Timur keseluruhannya mencapai 53.993 Hektar atau 15,4 persen dari Luas Kabupaten Bolaang Mongondow), dimana hamparan sawahnya mencapai 6.102,5 hektar (Hasil Sensus Potensi Desa, 2008). Di tahun 2008 Kecamatan Dumoga Timur memiliki 18 desa, semuanya telah berstatus definitif Pusat perdagangan di Kecamatan ini terdapat di desa Imandi dapat dilintasi kendaraan bermotor melalui Jalan AKD (Amurang-Kotamobagu-Doloduo). 
Sumber penghasilan utama masyarakatnya bercocok tanam atau lebih dari 78,16 persen dari mereka bekerja di sektor pertanian. Namun tidak dipungkiri pula masih terdapat sekitar 2.248 dari mereka yang bekerja sebagai buruh tani dengan komoditi utamanya padi palawija.
Seluruh desa yang ada telah di aliri dengan listrik PLN, di tahun 2008 tercatat telah 8.786 pengguna yang menggunakan listrik untuk penerangan dan kebutuhan rumah lainnya. Sementara konsumen telepon kabel hanya 143 pelanggan, itupun cuma tersebar di 10 desa dengan pelanggan terbanyak di desa Dumoga I.

2. Penduduk
Daerahnya yang subur, kecamatan ini sejak dulu sudah menjadi tujuan dari transmigran, terutama asal Bali. Sejak tahun 1992/1993 para transmigran ini di tempatkan di desa Pusian dan Serasi dengan jumlah KK pada waktu itu sebanyak 390 KK atau 1.755 Jiwa.
Sebagai daerah yang masih berkembang, tingkat pertumbuhan penduduknya setiap tahun cukup rendah rata-rata hanya 1,08 persen. Lima tahun yang lalu (2003) penduduknya masih berjumlah 30.722 Jiwa, di tahun 2008 tercatat mencapai 33130 jiwa, dimana penduduk laki-laki 17.341 jiwa dan perempuan berjumlah 15.789 jiwa dengan rasio jenis kelamin sebesar 109,83 sehingga dalam kurun waktu lima tahun telah terjadi penambahan penduduk sebesar 2408 jiwa.
Dari jumlah penduduk tersebut diperkirakan 46,39 persen dari mereka belum menikah, 50,07 persen berstatus kawin sedangkan sisanya 1,15 persen berstatus duda dan 2,35 persen untuk janda. Sementara jumlah rumahtangga di tahun yang sama (2008) sudah mencapai 8.997 RT dan rata-rata mempunyai 4,03 anggota rumah tangga.

3. Pertanian
Di tahun 2008 terdapat 1.740 Rumah Tangga yang mengusahakan tanaman padi, sementara tanaman jagung
tercatat 2498 Rumah Tangga. Komoditi unggulan di kecamatan Dumoga Timur salah satunya adalah tanaman
padi, di tahun 2005 dan 2006 saja tercatat produksinya mencapai hampir ... ribu ton. Jumlah tersebut terus menurun dari tahun ke tahun, salah satu penyebabnya adalah hama tikus yang menjadi musuh dari petani. Produksi padi pada tahun 2008 hanya mencapai 50.630 Ton, jumlah ini sudah merupakan gabungan dari produksi padi sawah dan ladang, dengan rata-rata produksi cukup besar mencapai 5,24 ton per hektar. Padi yang dihasilkan sebagian besar rumah tangga menggunakan padi unggul. Ada sekitar 57,56 persen rumah tangga petani yang menggunakan padi unggul, padi lokal ada 40,89 persen sementara padi hybrida hanya 1,54 persen. Selain untuk kebutuhan pasar lokal, beras yang dihasilkan dari kecamatan ini juga untuk memenuhi kebutuhan pasar regional yang dibawa oleh pedagang pengumpul di desa maupun lewat usaha lainnya ke ibukota provinsi sulawesi utara di manado maupun ke provinsi tetangga (Gorontalo). 
Sementara produksi jagung pada tahun yang sama mencapai 8.663 ton dan rata-rata produksinya 3,43 ton per hektar. Di sektor perkebunan terdapat produksi kelapa yang mencapai 530,99 ton selama tahun 2008. Selain kelapa terdapat juga produksi pala, kopi, kakao dan panili dimana masingmasing produksi 3,28 ton pala, 61,41 ton kopi, 292,53 ton kakao dan 7,57 ton panili. Juga terdapat produksi seperti kayu manis, kemiri dan aren namun produksinya masih rendah.

4. Sarana Pendidikan
Pendidikan merupakan proses pemberdayaan peserta didik sebagai subyek sekaligus obyek dalam membangun kehidupan yang lebih baik. Mengingat pendidikan sangat berperan sebagai faktor kunci dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia, maka pembangunan dibidang pendidikan meliputi pembangunan pendidikan secara formal maupun non formal. Di Kecamatan Dumoga Timur pendukung pendidikan pra sekolah (TK) cukup banyak dan ada berjumlah 29 buah yang tersebar di 13 desa, terdapat 5 desa belum memiliki sekolah TK.

Sementara untuk tingkat Sekolah Dasar saat ini sudah mencapai 36 buah sekolah yang dinikmati oleh 4.592 murid dengan tenaga pengajar sebanyak 217 guru. Dengan tenaga guru yang ada dibandingkan dengan jumlah murid, maka dapat diperhitungkan setiap guru rata-rata mengawasi sekitar 21 murid. Angka ini cukup ideal untuk keefektifan dalam proses belajar mengajar. Untuk tingkat pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di kecamatan ini terdapat 9 buah dengan tenaga pengajar sebanyak 99 guru dan jumlah murid ada 1698 murid. Angka rasio perbandingan guru terhadap murid di tingkat SLTP sebesar 17, dan ini menunjukan masih memusatnya guru di kecamatan ini. Sementara untuk tingkat Pendidikan SLTA terdapat 3 buah SMA yang terdapat di desa Imandi dan Dumoga Jumlah murid yang ada jauh lebih sedikit bila dibandingkat jenjang pendidikan di bawahnya yakni hanya 534 murid dengan 34 orang guru. Sebagian besar mereka yang tamat SD maupun SLTP lebih memilih menyekolahkan anaknya ke Kota Kotamobagu, selain jumlah sekolah dan kapasitasnya yang tidak memadai juga daya tarik Kota Kotamobagu itu sendiri yang lebih maju dalam persaingan dunia pendidikan dibandingkan di kecamatan ini.

Inilah Wilayah Dumoga Bersatu Yang Bakal Dimekarkan

I. Kecamatan Dumoga Timur
1. Desa Tonom
2. Desa Mogoyunggung I
3. Desa Mogoyunggung II
4. Desa Mogoyunggung
5. Kelurahan Imandi (ibu kota kecamatan)
6. Desa Pinonobatuan
7. Desa Pinonobatuan Barat
8. Desa Modomang
9. Desa Dumoga
10. Desa Kembang Mertha
11. Desa Dumoga II
12. Desa Amertha Buana
13. Desa Amertha Sari
14. Desa Kembang Sari

II. Kecamatan Dumoga
1. Desa Serasi
2. Desa Kanaan
3. Desa Toruakat
4. Desa Pusian (ibu kota kecamatan)
5. Desa Ponompiaan
6. Desa Mototabian
7. Desa Bumbungon
8. Desa Siniyung
9. Desa Siniyung 1
10. Desa Dumoga I

III. Kecamatan Dumoga Barat
1. Desa Wangga Baru
2. Desa Doloduo (ibu kota kecamatan)
3. Desa Doloduo I
4. Desa Doloduo II
5. Desa Doloduo III
6. Desa Mekaruo
7. Desa Toraut
8. Desa Toraut Utara
9. Desa Ikhwan
10. Desa Uuwan
11. Desa Matayangan

IV. Kecamatan Dumoga Tengah
1. Desa Ibolian (ibu kota kecamatan)
2. Desa Werdhi Agung
3. Desa Kinomaligan
4. Desa Kosio
5. Desa Kosio Timur
6. Desa Werdhi Agung Selatan
7. Desa Ibolian I
8. Desa Werdhi Agung Utara
9. Desa Werdhi Agung Timur
10. Desa Kosio Barat

V. Kecamatan Dumoga Utara
1. Desa Tumokang Baru
2. Desa Mopugad Utara
3. Desa Mopugad Utara I
4. Desa Mopugad Utara II
5. Desa Mopugad Selatan
6. Desa Mopugad Selatan I
7. Desa Mopuya Utara (ibu kota kecamatan)
8. Desa Mopuya Utara I
9. Desa Mopuya Utara II
10. Desa Mopuya Selatan
11. Desa Dondomon
12. Desa Dondomon Utara
13. Desa Dondomon Selatan

VI. Kecamatan Dumoga Tenggara
1. Desa Bonawang
2. Desa Tapadaka I
3. Desa Tapadaka Utara
4. Desa Tapadaka Timur
5. Desa Konarom (ibu kota kecamatan)
6. Desa Konarom Barat
7. Desa Konarom Utara
8. Desa Osion
9.Desa Ikuna
10. Desa Dumara

Jumat, 06 Februari 2015

Pengobatan Penyempitan Pembuluh Darah Jantung


Penyakit kronis dapat menimpa siapa saja, tidak terkecuali tua muda. Oleh karena itu, menjaga kesehatan tubuh sangatlah penting. Salah satu penyakit yang banyak muncul dan menimpa banyak orang adalah penyempitan pembuluh darah jantung atau disebut juga Aterosklerosis.
Ia muncul sebagai akibat dari pengendapan lemak pada pembuluh-pembuluh darah yang menyebabkan tersumbatnya pembuluh darah tersebut, sehingga aliran darah menjadi abnormal. Lemak yang menyumbat biasanya merupakan perwujudan kolesterol yang muncul akibat konsumsi lemak jenuh yang berlebihan.
Tak hanya itu, lemak inipun muncul akibat konsumsi gula dan kalori. Tersumbatnya pembuluh darah ini dapat menggiring penderitanya pada penyakit lanjutan yang lebih parah, seperti jantung koroner dan stroke. Padahal, kedua penyakit ini merupakan salah satu penyebab kematian yang paling tinggi di Indonesia.

Pengobatan Penyempitan Pembuluh Darah Jantung

penyempitan-pembuluh-darah-jantung
Untuk menyembuhkan penyakit Aterosklorosis ini, ada banyak cara yang dapat dilakukan. Pengobatan penyempitan pembuluh darah jantung biasanya dilakukan dengan mengonsumsi obat-obatan yang khusus digunakan untuk menyembuhkan penyakit ini. Misalnya saja, minuman kesehatan yang mengandung manggis dan sirsak.
Tak hanya itu, sesungguhnya ada beberapa tanaman herbal yang dipercaya dapat mengatasi penyakit gangguan jantung yang satu ini. Berikut merupakan pemaparan tanaman-tanaman herbal untuk menyembuhkan penyempitan pembuluh darah Jantung.
Tanaman yang pertama adalah mahkota dewa. Sejak dulu, mahkota dewa ini dipercaya dapat menyembuhkan penyakit-penyakit kelas berat seperti ginjal, diabetes, kanker, asam urat, hingga tekanan darah tinggi. Namun, ternyata penyembuhan penyempitan pembuluh darah jantung pun tak luput dari khasiat tanaman herbal yang satu ini.
Di dalam buah mahkota dewa, terdapat antioksidan yang dapat mencegah terbentuknya Aterosklorosis dengan menghindarkan proses oksidasi pada kolesterol. Dengan begitu, lemak jahat pun tidak akan terbentuk dan tidak menyumbat pembuluh darah pada jantung, serta menghindari kemunculan penyakit jantung koroner.

Penyempitan Pembuluh Darah Jantung

Kedua adalah bawang putih. Siapa sangka, tanaman yang biasa digunakan sebagai bahan utama masakan ini ternyata mampu mencegah terjadinya penyempitan pembuluh darah pada jantung. Ia sanggup menurunkan lemak kolesterol jahat atau sering disebut LDL dalam dunia medis, serta meningkatkan kolesterol baik atau yang sering disebut HDL.
Tidak terbentuknya LDL dalam darah ini tentunya dapat mengamankan pembuluh darah dari adanya sumbatan akibat kolesterol jahat. Oleh karena itulah, bawang putih pun dipercaya untuk mencegah terjadinya penyumbatan pembuluh darah yang kronis.
Penyempitan pembuluh darah jantung memang dapat menjadi momok yang menakutkan bagi banyak orang. Pasalnya, gejalanya saja sudah dapat membuat seseorang menderita dan kesulitan untuk mendapatkan kenyamanan. Tak hanya otot nyeri, namun juga jantung yang terus berdebar-debar hingga kelelahan dan pingsan.
Sesak nafas pun kerap mengiringi gejala penyempitan pembuluh darah ini, dan tentunya dapat sangat berbahaya apabila terus berlangsung dan tidak diobati. Oleh karena itu, pengobatan pada penyempitan pembuluh darah jantung sangat dibutuhkan dengan segera bagi penderita.

Cara mengolah Buah Mengkudu yang Benar


Cara Mengolah buah Mengkudu yang Benar


Buah mengkudu (Morinda Citrifolia) termasuk ke dalam keluarga Rubiaceae.Mengkudu mempunyai nama local pace,kudu,cengkudu,kemudu,cangkudu,mengkudu,bengkudu,dan masih banyak lagi.Nama asing dari mengkudu  adalah morinde (Prancis) dan Canary wood (inggris).Efek yang didapatkan dari mengkudu adalah melalui buah,daun,dan akarnya.
Kandungan kimia terpenting dari buah mengkudu adalah alkaloid (xeronin,yang berfungsi meningkatkan aktivitas enzim dan struktur protein),polisakarida (asam glukoronat dan glikosida),morondin,morindon,serta soranjidol).


Di Indonesia,tepatnya di Aceh masyarakatnya mengolah buah mengkudu sebagai pelengkap sayur dan campuran rujak.Sedangkan,daun buah mengkudu digunakan untuk menu utama dan wajib ketika buka puasa,masyarakat aceh menyebutnya sebagai’Nicah Peugaga’.Hal ini menyebabkan hampir semua masyarakat yang ada disuatu desa di Aceh menanam buah mengkudu.Selain menanam buah mengkudu.Orang aceh mengolah buah mengkudu menjadi obat.

Cara mengolah mengkudu menjadi obat di aceh sana Yakni,dengan mencapurkan tanaman lain dan diolah menjadi obat tradisional.Olahan obat tradisional dari mengkudu ini dapat menyembuhkan beberapa penyakit ringan,seperti di bawah ini.


Mengatasi batuk / batuk Berdahak
1.Cuci 2 buah mengkudu matang (sampai bersih),lalu di parut
2.Siapkan bahan berikut :  - 3 sendok air (sudah matang)
                                           - Cuka (teteskan pada 1 sendok teh)
                                           - Garam (secukupnya)
                                            Aduk semua bahan sampai merata
4.Peras semua bahan yang sudah diaduk tersebut ke dalam 1 gelas besar atau kecil dengan sehelai kain (yang bersih).Setelah bahan tersebut diperas,tambahkan air lagi (sampai ½ gelas saja)
Minum ramuan tradisional ini 1 x sehari

Mengatasi  Kulit kaki pecah-pecah
Caranya:
1.Gosokkan buah mengkudu yang telah matang pada kulit kaki yang kasar sampai merata
2.Diamkan selama kurang lebih setengah jam
3.Kemudian,bersihkan dengan air hangat.
Lakukan cara pengobatan ini setiap hari pada malam hari (menjelang atau sebelum tidur)

Mengurangi dan menghilangkan Ketombe 
Cara mengolah mengkudu untuk mengurangi ketomobe :
1.   Cuci 3 buah mengkudu yang matang dengan air,kemudian parut
2.   Setelah itu,tambahkan air dan aduk hingga merata
3.   Lalu,usapkan adonan mengkudu pada kulit kepala dan remas-remas ringan hingga merata
4.   Diamkan sampai kering dan meresap pada kulit kepala
5.    Selanjutnya,bilas menggunakan air bersih.
    Lakukan 3 kali dalam seminggu,sampai rasa gatal dan ketombe hilang

Mengobati  Batuk Rejan
Cara membuat obatnya  :
1. Siapkan buah mengkudu 1 gram,daun jintan 10 lembar,serta daun semanggi 10 lembar
2. Cuci dengan air bersih
3. Lalu,buang kulit buah mengkudu
4. Tumbuk atau blender buah mengkudu sampai halus dengan menambahkan segelas        air,kemudian saring
5. Rebus daun jintan dan daun semanggi menggunakan setengah liter air selama 10 menit
6. Setelah mendidih,matikan api dan campurkan dengan air mengkudu
7.Berikan sedikit garam sebagai perasa
8.Minum ramuan 2-3 kali sehari,masing-masing setengah gelas

Mengobati Beri-beri
1. Ambil buah mengkudu seberat 20 gram,buah tomat 20 gram,dan gula merah secukupnya
2.Cuci buah mengkudu dan tomat
3.Kemudian,tumbuk atau blender sampai halus
4.Saring kedua campuran bahan tersebut dan tambahkan ¼ liter air
5.Lalu,tambahkan gula merah secukupnya.dan
Minum obat ini 2 kali sehari secara rutin

Cara mengolah mengkudu menjadi obat tradisional untuk mengobati penyakir ringan yang anda derita mudah bukan?,Ya anda lakukan dan buat obat diatas setiap hari sampai penyakit ringan yang anda derita hingga sembuh total.